Diet? Aku? Ya, aku memang sedang dalam program diet. Baru jalan 7 bulan. Hasilnya juga belum mencapai target.
Aku
mulai program diet sejak bulan Februari 2016. Saat itu berat badanku
63kg. Dengan tinggi badan cuma 148cm. Kebayang kan sebulat apa diriku.
Heuheuheu...
Ditambah badan yang terasa kaku-kaku. Buat
ngangkat badan dari posisi duduk di lantai mau berdiri aja sudah terasa
berat. Kayak mau ngangkat beras satu ton #lebay...
Akhirnya kuputuskan aku harus berubah! Aku tidak mau terus tenggelam dalam timbunan lemak #syaaah...
Keputusan
diet ini sebenarnya sebuah keputusan yang sangat berat dalam hidupku.
Sebelumnya aku adalah penggemar berat minuman manis, terutama teh anget
manis. Tiap bangun tidur, kalau tidak menyeduh teh rasanya pagi hari
jadi ada yang kurang (iklan, mana iklan...).
Kalau minum air putih, mulut ini terasa sepet (getir).
Sepanjang hari hingga menjelang tidur pun tiap mau minum aku pasti
bikin teh. Selingannya bikin kopi manis atau es sirup.
Ga
takut kena diabetes? Jelas takut. Apalagi ibuku meninggal dunia karena
komplikasi, salah satunya karena diabetes. Bapakku juga seorang
diabetesi. Itu artinya aku hampir 100% berpotensi terkena diabetes juga.
Tapi
keputusan untuk menghentikan semua kebiasaan minum yang manis-manis ini
berat bagiku. Ketika pertama kali diet, aku tidak menghentikan sama
sekali minuman manis. Aku mulai dengan mengurangi sedikit demi sedikit.
Bangun
tidur pagi dan sore masih bikin teh anget manis satu gelas. Untuk
selanjutnya minum air putih dingin (kalau air putih biasa lidahku masih
terasa sepet). Bulan berikutnya hanya pagi hari saja satu gelas.
Alhamdulillah kian ke sini kebiasaan minum manis-manis sudah berkurang drastis.
Kebiasaan
berikutnya adalah aku suka kumpul dengan geng emak-emak yang doyan
masak & makan bareng. Emang ada geng kayak gitu? ADA! (kapan-kapan
aku bikin tulisan tersendiri tentang geng koplakku ini).
Masak-masaknya
sih positif banget. Bisa nambah keterampilan kerja di dapur #ehem...
Jeleknya kalau mulai acara makan bersama, yang biasanya makan di rumah
cuma 1-2 entong (sendok nasi), pas lagi ngumpul bisa nambah hingga 2 piring. Apalagi kalau menunya sambelan. Wuihh... bisa lupa daratan.
Nah,
kebayang kan betapa "menderitanya" aku dulu. Dari bentuk tubuh seperti
oval, lama kelamaan semakin keliatan bulat total... heuheuheu....
Akhirnya mulailah kucanangkan program diet. Sebelum benar-benar kujalani program ini, aku searching dulu di internet tentang gimana sih diet yang baik dan benar. Biar hidup ini tidak tersesat.
Kan
ada tuh, orang yang meninggal gara-gara pengen diet. Ternyata, oh
ternyata sebagian besar karena mengonsumsi pil diet. Ditambah dietnya
ekstrim. Sampe bulimia & anoreksia gitu. Naudzubillah...
Dari
hasil diskusi dengan mbah gugel, akhirnya kesimpulanku: diet tidak akan
berhasil dengan sukses, baik & benar bila tidak menjalankan 2 hal
mendasar, yaitu:
1. Atur makanan & minuman
2. Olahraga
Tentang
makanan ini sulit kulalui. Rintangannya sangat besar, sebesar gunung
himalaya #abaikan... Karena gunung itu berupa undangan makan bersama the
genk... hixhix
Untuk aturan menunya aku lebih memilih
memperbanyak sayur dan buah dengan porsi lauk seperti biasanya. Serta,
ini yang penting, mengurangi asupan karbohidrat. Ibaratnya aku makan
sayur lauknya nasi. Bahkan sejak bulan keempat aku sudah biasa makan
tanpa nasi.
Sayurnya kadang kujadiin pecel, urap-urap,
oseng, bothokan, atau pake sambel. Yah, menunya yang sesuai dengan lidah
eksotisku lah. Kalau dipaksa ga boleh pake bumbu pecel yang ada
kacangnya, atau urap yang ada kelapanya trus diganti pake mayonaise atau
minyak olive, waduh bisa-bisa lidahku protes. Ujung-ujungnya perutku
setres dan minta pelampiasan dengan makan lebih banyak lagi.
No, no, no! Aku ga seekstrim itu. Woles aja.
Untuk minumnya sudah kuceritakan di atas, harus minum air putih. Minimal 8 gelas sehari. Ingat, minimal!
Nah, sekarang olahraga apa yang kupilih. Awalnya bingung juga mau mulai dari mana. Akhirnya bulan pertama kucoba freeletic. Tapi ternyata tidak bertahan lama. Mungkin karena sendirian, jadi kayak ga ada yang menyemangati.
Lalu
ikut senam tingkat RT, seminggu 2x. Ini lumayan jalan terus sampe
sekarang, karena rame-rame jadi asyik. Lagian murah meriah, cuma 5
ribuan #emak2 mode on.
Mulai bulan ketiga aku nekuni
jogging pagi 30menit keliling komplek. Meski sendirian aku seneng,
karena pikiran juga ikut free liat pemandangan luar rumah. Apalagi jadi
bisa 'say hello' dengan tetangga satu blok.
Sekarang
masuk bulan ketujuh. Sudah seminggu ini aku coba skipping d rumah.
Hasilnya aku sudah mulai bosan lagi. Mungkin memang aku orangnya suka
olahraga outdoor dan yang dilakukan rame-rame kali ya.
Tujuh
bulan ini hasilnya berat badanku turun 8kg. Wow,... lemot amat. Niat
diet ga sih? Hehehe... Nyantai, bro. Kan yang penting sudah ada
perubahan. Badan sudah ga kaku-kaku lagi. Sudah mulai agak lincah kalau
gerak. Daya tahan tubuh meningkat. Ga gampang kena flu kayak dulu
sebelum diet.
Apalagi aku pernah dikasih tahu mbah
gugel, kalau menurunkan berat badan lebih baik jangan lebih dari 2kg per
bulannya. Katanya sih, biar kulit bisa mengikuti penurunan bobot tubuh.
Sehingga mengurangi resiko kulit menggelambir.
(Kalau
2kg kan mestinya sudah dapat turun 12an kilo...) Wakakaka.... Itu sih
akibat aku dietnya terlalu nyantai. Lagi ngidam bakso, hayuk. Pengen mie
ayam, santap. Rujak cingur, hajar. Ya gimana bisa on the track dietnya,
xixixi.
Yah, segitu dulu deh laporan perkembangan program dietku. Ntar kalo sudah mencapai target (+- 48kg) aku bikin laporan lagi.
Nb:
ternyata banyak makan sayur dan buah bikin keliatan lebih muda loh. Pas
aku lagi di rumah kakak ipar, di Kalimantan, sama tetangga-tetangga
sana aku dikira masih anak kuliahan, padahal sudah kepala 3, anaknya 2
#uhuy.... #ketip-ketipin mata
Warunge jeng Mutiara
Jumat, 05 Agustus 2016
Minggu, 31 Juli 2016
Nge-blog Karena Anak
Ini pertamakalinya aku bikin blog dan nulis di blog. Sebenarnya sudah lama pengen nge-blog. Hanya saja bingung gimana cara mulainya. Bukan tentang cara penulisannya, atau bingung mau nulis apa. Tapi karena bingung cara bikin blognya gimana.... Wekeke... Ampyun dah, katroknya keliatan.
At least, baru saja tadi pagi anakku yg kelas 4 utak atik leptop, dan jreng...jreng...."aku sudah punya website," katanya.
Aku cuma bisa melongo aja. Setelah kulirik, eh iya beneran. Aku yang sudah tuwir gini dah kalah cepat deh ngadepin teknologi dibanding anakku yang masih baru saja pegang-pegang leppy-nya. Beda jaman lahir kali, ya... xixixi.
Nah, setelah si mas nayangin tulisan pertamanya (maksud hati pengen bikin tautan ke tulisannya si mas, apa daya masih belajaran nulisnya... maap ya), aku kasih komentar deh di blognya. Biar semangat nulis-nulis lagi si mas. Mulai dari situ, akhirnya aku bikin blog sendiri juga. Minimal aku dan si mas bisa saling mengunjungi dan kirim komentar... Hahaha... Simbiosis nepotisme ini mah namanya.
Oke, mudah-mudahan bertahan deh ini blog.
Langganan:
Postingan (Atom)